Pembahasan Prak.Organik II
PENENTUAN BILANGAN ASAM, BILANGAN IOD DAN BILANGAN
PEROKSIDA DARI MINYAK JELANTAH
Pada praktikum ini dilakukan penentuan kualitas lemak secara kuantitatif yaitu
dengan menentukan bilangan iod, bilangan peroksida dan bilangan asamnya. Minyak
yang digunakan adalah minyak “SOFIA” yang baru dan minyak jelantahnya yaitu
pada ke 2, 3 dan 4 penggorengan.
Percobaan
ini diawali dengan penentuan bilangan iod. Dimana, bilangan iod ini menunjukkan
ketidakjenuhan asam lemak yang menyusun minyak tersebut yang menunjukkan
banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam asam lemak. Bilangan iod ini
deperoleh dengan mereaksikan 0,3 gram minyak goreng “SOFIA” dengan 10 ml
larutan kloroform dan iodin bromida dalam asam asetat glasial.
Kemudian
dibiarkan selama 30 menit dalam ruang gelap untuk mengcegah terjadinya otooksidasi radikal asam lemak akibat faktor
percepatan seperti cahaya yang dapat merusak asam lemak.
Minyak
goreng ini ditambahkan kloroform untuk melarutkan minyak tersebut, sebab minyak
haya dapat larut dalam pelarut oganik seperti kloroform karena memiliki
kepolaran yag sejenis yaitu non-polar.
Selain
itu penambahan iodin bromida dalam asam asetat glasial ini akan menyebabkan
terjadinya pengikatan iod oleh minyak pada ikatan rangkapnya. Iodin yang
tersisa kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat 0,1 N menggunakan indikator
kanji. Dimana, kanji dengan I2 membentuk suatu kompleks berwarna
coklat kehitaman. Pada titik ahkir titrasi, iod yang terikat akan hilang
bereaksi dengan Na2S2O3 sehingga akan hilang. Sehingga
penambahan kanji ini dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi kuning muda. Penambahan kanji ini bertujuan intuk
membungkus iod sehingga iod tidak terlepas dari ikatannya dengan asam lemak tak
jenuh.
Hal ini
akan menyebabkan teradinya perubahan warna larutan menjadi biru sehingga
dilakukan titrasi lagi sampai warna biru hilang. Dalam hal ini atom-atom karbon
dari asam lemak tidak jenuh menyerap iod berdasarkan reaksi:
-CH=CH-
+ I2 à
-CHI-CHI-
Dari
hasil percobaan, diperoleh volume Na2S2O3 yang
diperlukan dalam titrasi ini sebanyak 41,5 mL pada minyak goreng murni;39,1 mL
pada minyak penggorengan kedua; 28,8mL pada minyak penggorengan ketiga; dan
31,3 mL pada penggorengan keempat. Sehingga diperoleh jumlah iod yang terserap
didalam asam lemak sebesar 176 pada minyak goreng murni; 10 pada minyak
penggorengan kedua; 54 pada minyak penggorengan ketiga; dan 43 pada
penggorengan keempat.
Dari
hasil diatas terlihat bahwa asam lemak yang terdapat dalam minyak goreng
“SOFIA” merupakan asam lemak tak jenuh dengan banyaknya ikatan rangkap pada
asam lemak tak jenuh ini ditunjukan oleh jiumlah iod yang terikat pada asam
lemak tak jenuh ini. Berdasarkan hasil ini pula, dapat diketahui bahwa
memakaian minyak secara berulang akan menurunkan ketidak jenuhan karena terjadi
pemutusan ikan rangkap dari minyak tersebut sehingga semakin banyak pengulangan
dalam penggorengan akan menurunkan kualitas minyak.
Selanjutnya,
dilakukan pengujian mutu minyak dengan penentuan bilangan peroksida. Bilangan
peroksida didefinisikan sebagai jumlah mg peroksida dalam setiap 1000 g minyak
atau lemak. Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan pada minyak atau
lemak.
Penentuan
ini diawali dengan mereaksikan minyak goreng dengan asam asetat glasial dalam
kloroform sehingga terbantuk larutan berwarna putih keruh. Penambahan ini berfungsi untuk melarutkan
minyak dalam larutan pelarut yaitu campuran Asam asetat glacial 60% dan
kloroform 40%. Hal ini dilakukan agar lemak dapat bereaksi dengan KI jenuh yang
nantinya akan dititrasi dengan natrium tiosulfat untuk dititrasi kelebihan
iodnya.
Selanjutnya Asam lemak tak jenuh dapat
mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida dan selanjutnya
terbentuk aldehid hal inilah yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta
ketengikan minyak.
Dengan
reaksi :
CH3CH2CHCOOH
+ O2 à CH3CH2COOCH2COOH
Semakin
besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida yang terdapat
pada asam lemak. Pada minyak baru hanya sedikit diperlukan larutan Na2S2O3
untuk menitrasi I2 yang terbentuk.
Dari
hasil percobaan, diperoleh volume rata-rata Na2S2O3
yang diperlukan dalam titrasi ini sebanyak 7 mL pada minyak goreng murni; 7,75
mL pada minyak penggorengan kedua; 14,8mL pada minyak penggorengan ketiga; dan
23,05 mL pada penggorengan keempat. Sehingga diperoleh jumlah peroksida yang
terdapat didalam asam lemak sebesar 14 pada minyak goreng murni; 16 pada minyak
penggorengan kedua; 29,6 pada minyak penggorengan ketiga; dan 46,1 pada
penggorengan keempat.
Dari
hasil tersebut terlihat bahwa terjadi peningkatan penambahan peroksida sering
dengan penggunaan ulang dari minyak gorengan ini maka semakin besar kerusakan
yang terjadi pada miyak tersebut jika digunakan secara terus menerus.
Selanjutnya
dilakukan penentuan bilangan asam yang menyatakan banyaknya miligram KOH yang
diperlukan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas pada satu gram lemak atau
minyak. Bilangan asam ini dapat digunakan untuk mengetahui kualitas minyak
dilihat dari ukuran untuk hidrolisis atau ketengikan.
Pada
penentuan bilangan asam ini sebanyak 2,5 gram minyak ditimbang dan dilarutkan
dalam alkohol 95% kemudian ditutup dengan pendingin balik. Tujuannya adalah
untuk mempercepat reaksi pelarutan minyak dalam alkohol. Larutan ini kemudian
dititrasi dengan KOH dengan menggunakan indikator phenolptalein.
Dari
hasil perhitungan, didapat volume rata-rata KOH yang diperlukan dalam titrasi
ini sebanyak 1 mL pada minyak goreng murni; 0,9 mL pada minyak penggorengan
kedua; 0,4 mL pada minyak penggorengan ketiga; dan 0,6 mL pada penggorengan
keempat. Sehingga diperoleh bilangan asam sebesar 2,43 pada minyak goreng
murni; 2,02 pada minyak penggorengan kedua; 0,90 pada minyak penggorengan
ketiga; dan 1,34 pada penggorengan keempat.
Berdasarkan
literarur, dinyatakan bahwa kualitas minyak baru lebih bagus dibandingkan
minyak bekas. karena dibutuhkan KOH yang lebih sedikit untuk menetralkan asam
lemak bebas pada minyak. Tingginya bilangan asam pada minyak bekas dapat
disebabkan karena terjadinya interaksi dengan udara yang lebih lama dibanding minyak
baru. Proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas akan menimbulkan
rasa dan bau yang tidak enak terutama bila dibiarkan lama di udara. Dalam
reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol yang mengakibatkan kerusakan karena terdapat sejumlah air dalam lemak
atau minyak tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar