Jumat, 08 Februari 2013

BILangan Iod, Peroksida dan Asam


PEMBAHASAN

            Pada praktikum ini dilakukan penentuan lemak secara kuantitatif yaitu dengan menentukan bilangan peroksida dan bilangan asamnya. Minyak yang digunakan adalah minyak “BIMOLI” yang baru dan minyak jelantahnya.
Bilangan peroksida didefinisikan sebagai jumlah meq peroksida dalam setiap 1000 g (1 kg) minyak atau lemak. Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan pada minyak atau lemak. Asam lemak tak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya membentuk peroksida dan selanjutnya terbentuk aldehid hal inilah yang menyebabkan bau dan rasa tidak enak serta ketengikan minyak.
Semakin besar nilai bilangan peroksida berarti semakin banyak peroksida yang terdapat pada sampel. Pada minyak baru hanya sedikit diperlukan larutan Na2S2O3 untuk menitrasi I2 yang terbentuk. Berarti hanya sedikit peroksida yang terbentuk dibandingkan pada minyak bekas. Semakin kecil bilangan peroksida yang didapat, maka semakin kecil kerusakan yang terjadi pada miyak tersebut. Dengan reaksi :
CH3CH2CHCOOH + O2  à CH3CH2COOCH2COOH
Asam lemak tak jenuh                             Peroksida
Pada penentuan bilangan peroksida ini minyak dilarutkan dalam larutan pelarut yaitu campuran Asam asetat glacial 60% dan kloroform 40%. Hal ini dilakukan agar lemak dapat bereaksi dengan KI jenuh yang nantinya akan dititrasi dengan natrium tiosulfat untuk dititrasi kelebihan iodnya.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bilangan asam, yaitu banyaknya miligram KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas pada satu gram lemak atau minyak. Bilangan asam ini dapat digunakan untuk mengetahui kualitas minyak dilihat dari ukuran untuk hidrolisis atau ketengikan.
Pada penentuan bilangan asam ini sejumlah 20 gram minyak ditimbang dan dilarutkan dalam etanol 95% kemudian dipanaskan diatas penangas. Tujuan pemanasan ini adalah untuk mempercepat reaksi pelarutan minyak dalam etanol. Larutan ini kemudian dititrasi dengan KOH dengan menggunakan indikator phenolptalein.
Dari hasil perhitungan, didapatkan bilangan asam untuk minyak goreng baru 1.533 ml KOH/gram minyak, sedangkan untuk minyak goreng jelantah 2.098 ml KOH/gram minyak. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dinyatakan bahwa kualitas minyak baru lebih bagus dibandingkan minyak bekas. karena dibutuhkan KOH yang lebih sedikit untuk menetralkan asam lemak bebas pada minyak. Tingginya bilangan asam pada minyak bekas dapat disebabkan karena terjadinya interaksi dengan udara yang lebih lama dibanding minyak baru. Proses hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak enak terutama bila dibiarkan lama di udara. Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang mengakibatkan kerusakan karena terdapat sejumlah air dalam lemak atau minyak tersebut.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan diatas, didapat hasil sbb :
©      Hasil dari perhitungan bilangan peroksida pada minyak baru yaitu:
  • miliekivalen/100 g = 2.956
  • mmol/1000 g = 1.478
  • mg O2/100 g = 118.24
sedangkan pada minyak jelantah yaitu :
  • miliekivalen/100 g = 1.3302
  • mmol/1000 g = 0.6651
  • mg O2/100 g = 42.5664
©      Hasil perhitungan bilangan asam pada minyak baru yaitu 1.533 dan pada minyak jelantah yaitu 2.098.




DAFTAR PUSTAKA
  • Poedjiadi, Anna.2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
  • Winarno, F.G.1984. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
  • Martoharsono, Soeharsono.2006. Biokimia 1. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
  • Sudarmadji, S, B. Haryono dan Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta

Pembuatan Aspirin

DASAR TEORI
PEMBUATAN ASPIRIN

Metil salisilat merupakan bahan dasar dalam sintesis senyawa azo, pengawet bahan makanan dan bahan dasar pembuatan aspirin.
Hidrolisiis metil salisilat dengan NaOH akan menghasilkan asam salisilat.
Reaksi:


Beberapa sifat fisik asam salisilat diantaranya memiliki titik leleh 159”C, berat jenis 1.443, larut dalam amoniak cair, mudah menyublim, dan pada suhu tinggi terurai menjadi fenol dan CO2.
Asam salisilat (o-hidroksi asam benzoate) merupakan senyawa bifungsional yang mengandung gugus fungsi hidroksi dan karboksil. Dengan demikian asam salisilat dapat berfungsi sebagai fenol (hidroksibenzena) dan juga berfungsi sebagai asam benzoate. Baik sebagai asam maupun sebagai fenol, asam salisilat dapat mengalami reaksi esterifikasi. Bila direaksikan dengan anhidrida asam, akan mengalami reaksi esterifikasi menghasilkan asam asetil salisilat (aspirin). Dan apabila direaksikan dengan methanol (alcohol), juga mengalalmi reaksi esterifikasi menghasilkan ester metal salisilat (minyak gandapura).
Banyak turunan dari asam salisilat yang digunakan sebagai obat seperti asetil salisilat atau aspirin. Aspirin atau asam asetil salisilat merupakan senyawa derivatif dari asam salisilat. Aspirin berupa kristal putih dan berbentuk seperti  jarum. Dalam pembuatan aspirin tidak akan dihasilkan produk yang baik jika suasananya berair, karena asam salisilat yang terbentuk  akan terhidrolisa menjadi asam salisilat berair. Aspirin diperoleh dengan proses asetilasi terhadap asam salisilat dengan katalisator H2SO4 pekat.
Asetilasi adalah terjadinya pergantian atom H pada gugus –OH dan asam salisilat dengan gugus asetil dari asam asetil anhidrat. Karena asam salisilat adalah desalat phenol, maka reaksinya adalah asetilasi destilat phenol. Asetilasi ini tidak melibatkan ikatan C-O yang kuat dari phenol, tetapi tergantung pada pemakaian, pemisahan ikatan –OH. Jika dipakai asam karboksilat untuk asetilasi biasanya rendemen rendah. Hasil yang diperoleh akan lebih baik. Jika digunakan suatu derivat yang lebih reaktif menghasilkan ester asetat. Nama lain aspirin adalah metil ester asetanol (karena doperoleh dari esterifikasi asam salisilat sehingga merupakan asam asetat dan fenilsalisilat).
Struktur Aspirin:
Sifat Fisik dan Sifat Kimia dari aspirin adalah sebagai berikut:
1.Sifat Fisik
  • Bentuk kristal seperti jarum
  • Berwarna putih mengkilat
  • Dalam alkohol panas larut
  • Titik leleh 135-136 o C
  • Bilangan molekul: 180 g/mol

2. Sifat Kimia
·       Dengan NaOH 10% terhidrolisa menjadi asam salisilat bebas
·       Dengan air terhidrolisis menjadi asam salisilat bebas dan asam asetat
·       Tidak terhidrolisis dalam asam lemak, karena dalam lambung tidak diserap dahulu. Setelah dalam usus halus, dalam suasana basa dapat terhidrolisis menghasilkan asam salisilat bebas.

Reaksi esterifikasi yang terjadi pada pembuatan aspirin adalah sebagai berikut:

Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH , sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat sedangkan hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.


PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, pembuatan asam aspirin dilakukan dengan menggunakan reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari suatu senyawa yang mengandung ester dengan suatu alcohol.
Percobaan ini diawali dengan mereaksikan 10 gram asam salisilat, 2 mL asam sulfat dan 15 gram asam asetat glacial. Pada reaksi ini,  asam salisilat akan berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH , sedangkan asam asetat glacial akan berperan sebagai asam. Dimana katasis yang digunakan dal percobaan ini adalah asam sulfat yang dapat mempercepat laju reaksi pembentukan ester dengan menurunkan energi aktifasi sehingga pembentukan produk berupa ester dapat dengan mudah terbentuk .
Reaksi esterifikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTa6WJKcYaGmzSliiLuzViSCv1PtAZ9VduQiFzRpT_ffSGanUBRlK62RZzVMfw0cSjBMP3tiumjPJBRoNo2BzWGCScIblcVkifUFhj4R7ELBl6heKnq3mZmD6ry8UFr9wB5wm_0UoD1HRJ/s320/pembahasan2.bmp
Penambahan asam sulfat pekat juga berfungsi sebagai zat penghidrasi. Diman hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat yakni asam asetat akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat ini akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Sehingga  reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis bereaksi dengan asam sulfat pekat ini.
Oleh sebab itu, setelah pencampuran ketiganya maka dilakukan  dipanaskan untuk memastikan bahwa asam salisilat benar-benar telah habis bereaksi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C yakni setelah pemanasan 1 jam. Hal ini terlihat dengan terbentuknya endapan atau Kristal putih (aspirin) seperti terlihat pada gambar 1.2.
Selanjutnya dilakukan pemurnian terhadap kristal aspirin untuk memperoleh aspirin yang murni. Pemurnian ini diawali dengan melarutkan kristal aspirin yang telah dingin dalam 100 ml air sambil diaduk-aduk. Maka kristal aspirin tersebut tidak larut di dalam air sedangkan hasil sampingnya berupa pengotor-pengotor akan larut dalam pencampuran ini, sehingga ketika disaring akan diperoleh  filtrat air dan pengotor-pengotor serta Kristal aspirin yang tidak tersaring pada kertas saring. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
  + H20 à
Kristal aspirin yang tidak larut tadi kemudian dicuci dengan 50 ml aquades dan 30 ml alkohol, funginya adalah untuk melihat sifat dari kristal aspirin dan menghilangkan zat pengotor yang tidak ikut tersaring. Dari hasil percobaan terlihat bahwa kristal aspirin larut dalam alkohol yag bersifat nonpolar dan tidak larut dalam air yag bersifat polar. Sehingga dapat dikatakan bahwa aspirin bersifat nonpolar.
Selanjutnya, dilakukan pemanasan untuk menghilangkan molekul-molekul air dan menguapkan alkohol sebab alkohol tadi telah terikat pada aspirin sehingga melalui pemanasan maka alkohol  mudah menguap dan diperoleh kristal murni. Hal ini ditandai dengan timbulnya bau seperti obat.
 Setelah itu, kristal dilarutkan lagi dalam air dan di saring untuk memastikan bahwa kristal benar-benar terbebas dari air sehingga diperoleh kristal hasil penyaringan sebesar 26,01gram dengan rendamen sebesar 38,44 %.  





KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
·       Aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan asam asetat glasial dengan menggunakan katalis H2SO4 melalui reaksi esterifikasi. Persamaan reaksi:
·       Dari hasil percobaan diperoleh kristal aspirin sebanyak 26,01 gram dengan rendamen sebesar 38,44 %.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2003. Encyclopedia Aspirin. http://www.statemaster.com/encyclopedia/Aspirin.Diakses tanggal 2 Juni 2012 Pukul 16.30.
Fieser, Louis. F. 1987. Experiment in Organic Chemistry, 3nd edition, Revised, D. C. Heath and Company : Boston.
Mulyono. 2005. Kamus Kimia. Bandung: P.T Genersindo.
Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Tim penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium kimia. FST KIMIA UNDANA: Kupang.

pembuatan Kloroform


DASAR TEORI
PEMBUATAN KLOROFORM

Reaksi substitusi adalah suatu reaksi dalam mana suatu atom, ion atau guggus disubstitusikan untuk (menggantikan) atom, ion atau gugus lain. Dalam reaksi substitusi alkil halida, alkil halida disebut gugus pergi (leaving group) suatu istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeserdari ikatannya dengan suatu atom karbon. Dari segi praktis hanya Cl, Br, I merupakan gugus pergi yang cukup baik, sehingga bermanfaat dalam reaksi-reaksi substitusi.
Proses substitusi pada umumnya terjadi pada spesi nukleofil (pencinta nukleus/pencinta inti positif) dan spesi elektofil (pencinta elektron/pencinta inti negatif). Suatu nukleofil adalah spesi apa saja yang tertarik kesatu pusat positif. Jadi sebuah nukleofil adalah suatu basa Lewis. Sedangkan suatu elektrofil adalah adalah spesi apa saja yang tertarik kesuatu pusat negatif. Jadi suatu elektrofil adalah suatu asam Lewis. Suatu reaksi substitusi elektrofilik terjadi karena adanya spesi yang bersifat elektronegatif dan tertarik kearah atom yang kaya elektron.
Kloroform atau triklorometan mempunyai struktur CHCl3 dan berat molekul 119,39 gr/mol serta komposisinya meliputi 10,05 % C, 0,84% H, dan 89,10% Cl. Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan metil keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr3) dan kloroform (CHCl3). Hal ini disebut CHX3 atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform.
Dalam pembentukannya kloroform dapat dibentuk melalui klorinasi metana dan  reaksi haloform. Dimana reaksi haloform ini berlangsung dalam tiga tahap yaitu :
1.    Oksidasi (bila perlu)
2.    Substitusi
3.    Penguraian oleh basa
Kloroform memiliki sifat fisik dan kimia, diantaranya :
1.    Higly refractive
2.    Non flammable
3.    Sangat volatil
4.    Sweet tasting liquid
5.    Berbau karakteristik
6.    Titik didih 61-62 oC
7.    Larut dalam air
8.    Larut dalam alkohol, benzena, eter, petroleum eter, karbon tetraklorida dan karbon disulfida.
Penggunaan CHCl3  adalah sebagai :
1.    Pelarut untuk lemak, minyak, karet, alkaloid dan resin.
2.    Obat bius
3.    Agen pembersih dalam industri karet
Senyawa halokarbon seperti contohnya kloroform mudah dibuat, metana berklorin dibuat melalui klorinasi metana. Kloroform (CHCl3), semua tidak larut dalam air, tetapi merupakan pelarut efektif untuk senyawa organik.
Dalam pembuatan atau pensintesaan kloroform perlu diperhatikan beberapa hal yaitu dengan adanya oksigen dari udara dan sinar matahari maka kloroform dapat teroksidasi dengan lambat menjadi fosgen (gas yang sangat beracun), maka untuk mencegah terjadinya fosgen ini maka kloroform, disimpan dalam botol yang berwarna coklat yang terisi dan mengandung 0,5 – 1% etanol (untuk mengikat bila terjadi fosgen).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor (Cl) pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa organik yang memiliki gugus metil (-CH3) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl2). Beberapa senyawa yang dapat membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-propanol, 2-butanol, etanol, propanon, 2-butanon.
Halogenasi sering berjalan secara eksplosif dan hampir tanpa kecuali menghasilkan campuran produk, karena lasan inilah halogenasi kadang saja digunakan dalam laboratorium.
Struktur senyawa haloalkana yang terbentuk dari proses halogenasi terdiri dari ikatan sigma karbon-halogen yang terbentuk oleh saling menindihnya suatu orbital atom halogen dan suatu orbital hibrida atom karbon. Sebuah halogen membentuk satu ikatan kovalen dan karena itu tak terdapat sudut ikatan di sekitar atom ini. Namun, karbon menggunakan orbital hibrida yang sama tipenya untuk mengikat halogen, hidrogen maupun atom karbon lain.
Kloroform yang dapat dari alkohol dengan kapur klor atau kaporit (bleaching powder) melalui tiga tingkatan reaksi yaitu :
1. Oksidasi oleh halogen
CH3CH2OH + Cl2 à CH3CHO
2. Klorinasi dari hasil oksidasi
CH3CHO + Cl2 à CCl3CHO + HCl
3. CCl3CHO + Ca(OH)2 à CHCl3 + (HCOO)2Ca
Sedangkan pada reaksi dengan aseton lebih kuat, sehingga dalam proses sintesa digunakan susunan alat yang agak berbeda. Reaksinya adalah sebagai berikut
1. CH3COCH3 + 3 Cl2 à CCl3COCH3 + 3 HCl
2. CCl3COCH3 + Ca(OH)2 à CHCl3 + (CH3COO)2Ca
PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pembentukan senyawa kloroform (CHCl3) dari kaporit dan aseton melalui reaksi substitusi elektrofilik . Dimana reaksi substitusi elektrofilik  ini terjadi karena adanya spesi yang bersifat elektronegatif dan tertarik kearah atom yang bermuatan posistif.
Pada percobaan diawali dengan mereaksikan senyawa kaporit (CaOCl2) yang merupakan serbuk putih (padat) sebanyak 100 gram dengan air 500 mL kedalam labu alas bulat sambil digoyang-goyang sehingga terbentuk suspensi yang sempurna. Penambahan air ini berfungsi untuk melarutkan kaporit dan juga memperluas permukaan kaporit dan mengurangi penguapan destilat .Dalam proses pencampuran ini menghasilkan kalsium hidroksida (Ca (OH)2) yang bersifat basa dan Cl2.
Reaksi : CaOCl2 + H2O
à Ca (OH)2 + Cl2
Selanjutnya, larutan atas didestilasi dan ditambahkan aseton sedikit demi sedikit melalui corong tetes sebanyak 5 mL sambil dikocok agar reasksinya berlangsng sempurna dengan Cl2 yang berasal dari pencampuran kaporit dan air membentuk asetil klorida dan pada percobaan ini penambahan aseton ini menghasilkan buih .
Reaksinya : CH3COCH3 + 3 Cl2 à CCl3COCH3 + 3 HCl
Penambahan aseton ini berfungsi sebagai media agar dapat terbentuknya reaksi haloform. selain itu, fungsi dari aseton adalah sebagai pelarut, dalam hal ini yaitu untuk melarutkan padatan kaporit.
Proses selanjutnya yaitu melakukan destilasi labu yang berisi kloroform murni. Prosesnya dilakukan dengan memasang labu dasar bulat dalam set alat destilasi lalu dipanaskan dengan api kecil agar proses penguapan berlangsung sempurna. Uap yang dihasilkan akan masuk melalui kondensor sehingga mengalami pendinginan dan akan keluar sebagai destilat berupa kloroform.
Destilat yang keluar pada suhu 60- 630C yang merupakan titik didih dri dari senyawa kloroform yang  ditampung dalam labu yang tertutup tidak terjadi kontaminasi dengan lingkungan dan mencegah agar kloroform tidak menguap karena sifat dari kloroform adalah mudah menguap. Kloroform yang dihasilkan berwarna bening dan terdapat 2 lapisan.
Kemudian destilat kloroform tadi dimasukkan kedalam corong pisah dan dan ditambahkan air. Kloroform yang dihasilkan berwarna bening dan terdapat 2 lapisan. Dimana lapisan bawah merupakan lapisan kloroform sebab massa jenisnya lebih besar(  gr/mL) daripada massa jenis air ( 0.994gr/mL).
Reaksi:
CHCl3 + H2O à
Selanjutnya diambil lapisan bawah (Kloroform) dan di tambahkan larutan NaOH 2 %. Penambahan NaOH ini bertujuan untuk menetralisir kloroform yang diperoleh . kemudian lapisan bawah dipisahkan dan ditambahkan CaCl2 anhidrous agar air yang ada dalam larutan kloroform terikat pada CaCl2 sehingga diperoleh kloroform murni.
Reaksi yang terjadi adalah :
CHCl3 + CaCl2 + H2O à CHCL3 + CaCl2.H2O
Dari percobaan ini diperoleh larutan kloroform yang benind, bebebau tajam dan volumenya sangat sedikit. Hal ini karena koloroform merupakan senyawa yang volatile dengan titik didih yang rendah yaitu 60-62 ˚C oleh karenanya pemanasan harus konstan dan dijaga. Bila melewati titik didihnya maka klorofom akan habis menguap dan terlarut ke dalam larutannya. Yang kedua adalah pada proses pemisahan pada corong pisah dimana klorofom belumsemuanya turun ke bawah sehingga ketika dipisahkan pun hasilnya sedikit.










KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari percobaan ini, diantaranya adalah :
·       Pembentukan senyawa kloroform (CHCl3) dari kaporit dan aseton melalui reaksi substitusi elektrofilik  dan reaksi klorinasi matana.
Reaksi:







DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

Carey, F. 1993. Advanced Organic Chemistry Part B : Reaction a Syntesis. Plenum Press. London

Hart, H. 1990. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta.

Pine, Stanley H. 1998. Kimia Organik II. ITB. Bnadung

Ralp J. Fessenden, Joan S. Fessenden, 1990, Kimia Organik 3rd Edition, Penerbit Erlangga : Jakarta.
Tim penyusun. 2012. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium kimia. FST KIMIA UNDANA: Kupang.